Opini  

3 Manfaat Bermajlis Dengan Orang Saleh Yang Harus Kita Ketahui

Sejatinya teman duduk merupakan refleksi dari cerminan diri dan sifat serta perangai yang kita miliki. Bukankah sebuah kaidah indah pernah diutarakan Nabi SAW 14 abad yang lalu dalam sebuah Hadits-Nya yang diriwayatkan oleh Imam Abdullah bin Majah Al-Quzwani:

“Seseorang berdasarkan agama (mencocoki kebiasaan) teman karibnya, maka perhatikanlah siapa yang menjadi teman karib kalian”

Ungkapan indah itu adalah sebuah refleksi pembelajaran yang teramat penting bagi seorang muslim bahwa sudah menjadi rahasia umum bahwa teman itu memiliki sifat menarik. Apabila seorang berteman dengan seorang yang pelit maka kemungkinan terbesar adalah tertular pelit, berteman dengan orang yanng somnong juga pasti kemungkinan besar menularkan sifat sombong, berteman dengan orang yang hasad maka resiko tertular hasad juga besar.

Dan sebaliknya sama halnya apabila kita bermajlis atau berteman dengan orang yang zuhud maka sifat zuhud akan tertular kepada kita, berteman dengan orang yang rendah hati juga mengajarkan kita selaku teman akan sifat rendah hati itu sendiri dan berteman dengan orang yang dermawan maka sifat dermawan dari teman tersebut juga akan menular kepada siapa yang bermajlis dengannya.

Inilah yang di deskripsikan oleh seorang alim sekaligus ahli tasawwuf pemimpin Madrasah Islam Nizamiyah di Iraq  yang didirikan pada tahun 1067 M Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi’i dalam kitab Tuhfatul Ahwaz:

“Bersahabat dan bergaul dengan orang-orang yang pelit, akan mengakibatkan kita tertular pelitnya. Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat kita juga ikut zuhud dalam masalah dunia. Karena memang asalnya seseorang akan mencontoh teman dekatnya.”

Oleh karenanya penting untuk kita semua mengenal siapa cermin refleksi yang mempengaruhi hidup kita untuk kebaikan hidup di dunia dan di akhirat. Berikut 3 manfaat bermajlis dengan orang saleh yang harus kita ketahui bersama:

  1. Teman yang saleh adalah cermin kepribadian kita
Baca Juga :  Kiat Sukses: Antara Perspektif dan Pola Pikir

Ada sebuah permisalan yang sangat rasional dan logis diutarakan oleh baginda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh imam ahli hadits yang amat tersohor Muhammad bin Ismail Al-Bukhari radhiyallahu ‘anhu:

“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek bagaikan berteman dengan pemilik minyak wangi dan pandai besi. Pemilik minyak wangi tidak akan merugikanmu; engkau bisa membeli (minyak wangi) darinya atau minimal engkau mendapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau mendapat baunya yang tidak enak.”

  1. Pengingat jiwa akan sebuah ketaatan kepada Ar-Rahman dan terhindar dari kubangan maksiat dan dosa

Ada sebuah kisah yang sangat populer menggambarkan sebuah persahabatan yang terjalin atas dasar ketaatan kepada Ar-Rahman yang menjunjung tinggi asas saling mengingatkan anatara satu dengan yang lainnya. Kisah ini adalah kisah sahabat Nabi SAW yang di persatukan atas dasar Islam walaupun kedua sahabat Rasul SAW Salman Al-Farisi dan Abu Darda rodhiyallahu ‘anhum memiliki latar belakang yang berbeda satu dengan yang lainnya. Suatu ketika Salman bertandang (ziarah) ke rumah Abu Darda’, ia melihat Ummu Darda’ (istri Abu Darda’) dalam keadaan mengenakan pakaian yang serba kusut. Salman pun bertanya padanya, “Mengapa keadaan kamu seperti itu?” Wanita itu menjawab, “Saudaramu Abu Darda’ sudah tidak mempunyai hajat lagi pada keduniaan.” Kemudian Abu Darda’ datang dan ia membuatkan makanan untuk Salman.

Setelah selesai Abu Darda’ berkata kepada Salman, “Makanlah, karena saya sedang berpuasa.” Salman menjawab, “Saya tidak akan makan sebelum engkau pun makan.” Maka Abu Darda’ pun makan. Pada malam harinya, Abu Darda’ bangun untuk mengerjakan shalat malam. Salman pun berkata padanya, “Tidurlah.” Abu Darda’ pun tidur kembali. Ketika Abu Darda’ bangun hendak mengerjakan shalat malam, Salman lagi berkata padanya, “Tidurlah!” Hingga pada akhir malam, Salman berkata, “Bangunlah.” Lalu mereka shalat bersama-sama. Setelah itu, Salman berkata kepadanya, “Sesungguhnya bagi Rabbmu ada hak, bagi dirimu ada hak, dan bagi keluargamu juga ada hak. Maka penuhilah masing-masing hak tersebut.“ Kemudian Abu Darda’ mendatangi Nabi SAW  lalu menceritakan apa yang baru saja terjadi. Beliau lantas bersabda, “Salman itu benar.” (HR. Bukhari, no. 1968). Begitulah sahabat sejati terjalin ikatan diantaranya, sebuah ikatan yang dilandaskan saling nasehat menasehati adalah sebuah ikatan keabadian dalam persahabatan yang tak pernah pudar di makan oleh waktu. Ketika Abu Darda sibuk memerhatiakan hubungan vertikalnya kepada Rabb-nya dan lupa hubungan horizontal kepada sesama makhluk maka seketika itu Salman menasihati sang sahabat untuk menunjukan kebenaran dan meluruskan pemahaman yang keliru dari sahabatnya tersebut.

  1. Kita akan dibangkitkan bersamaan dengan siapa yang kita cintai di dunia
Baca Juga :  Kolak Pisang Bisa Jadi Referensi Jualan Khas Ramadhan di Tahun 2023

Sudah sepantasnya selayaknya manusia normal tentu kita menginginkan untuk dibangkitkan bersamaan dengan orang yang kita cintai di dunia. Ada sebuah risalah yang amat agung bahwa dahulu ada sahabat Rasul SAW bertanya kepada Nabi Muhammad SAW bahwa Ada seseorang yang mencintai suatu kaum, namun ia tak pernah berjumpa dengan mereka. Maka Nabi SAW menjawab:

“Setiap orang akan dikumpulkan bersama orang yang ia cintai.” (HR. Bukhari)

Itulah 3 manfaat yang dapat kita tuai apabila bermajlis dengan orang-orang yang saleh. Dan Allah SWT juga mengingatkan kepada kita untuk bersabar ketika bermajlis dengan orang-orang saleh dalam firmannya QS. Al-Kahfi: 28:

“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap wajah-Nya.”

(Oleh: Miftahul Huda Mahasiswa UIN SUSKA Riau)