Dari ‘Abiid ke ‘Ibaad

Prof Dr KH Nasaruddin Umar

DALAM uraian terdahulu dijelaskan kata ‘aabid digunakan untuk orang-orang yang melakukan penyembahan secara sesat atau penyembah­an dan keimanannya masih bermasalah. Kata ‘abiid digunakan untuk hamba yang konsep keimanannya sudah benar, tetapi masih bermasalah di dalam implementasi, dan kata ‘ibaad digunakan Allah SWT untuk hamba-Nya yang benar dan betul-betul konsisten memelihara ketaatan dan keimanannya kepada Allah SWT.

Dalam Alquran penggunaan kata ‘abiid yang terulang sebanyak lima kali semuanya digunakan untuk hamba yang sesungguhnya konsep penyembahannya sudah benar hanya yang bersangkutan masih sering melakukan dosa dan maksiat. Allah SWT masih tetap mengharapkan hamba-Nya untuk kembali ke jalan yang benar dengan menghindari berbagai godaan dan tantangan. Allah SWT juga masih menjanjikan pengampunan bagi para hamba-Nya yang sudah masuk dalam kategori ‘abid.

Redaksi yang digunakan Allah SWT hampir sama, yaitu Wa anna Allah laisa bidhallam li al-‘bid, seperti dalam ayat-ayat berikut: Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): “Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar,” (tentulah kamu akan merasa ngeri).

Baca Juga :  Beban Oprasional Anggota dan Pimpinan DPRD Natuna Tahun 2021 Naik, Ini Rinciannya

Demikian itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-Nya (QS Al-Anfal/8:50-51).

Allah berfirman, “Janganlah kamu bertengkar di hadapan-Ku, padahal sesungguhnya Aku dahulu telah memberikan ancaman kepadamu.” Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-Ku. (QS Qaf/50:28-29). Dan di antara manusia ada orang-orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan, tanpa petunjuk, dan tanpa kitab (wahyu) yang bercahaya dengan memalingkan lambungnya untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah.

Ia mendapat kehinaan di dunia dan di hari kiamat Kami merasakan kepadanya azab neraka yang membakar. (Akan dikatakan kepadanya), “Yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan yang dikerjakan oleh kedua tangan kamu dahulu dan sesungguhnya Allah sekali-kali bukanlah penganiaya hamba-hamba-Nya.” (QS Al-Haj/22-10).

Kata ‘ibaad yang terulang sekitar 98 kali umumnya menunjukkan kepada hamba yang betul-betul memiliki ketaatan sejati. Mereka tidak lagi ada masalah dari segi implementasi apalagi konsep bermasalah. Mereka yang termasuk kategori ‘ibaad seringkali dipuji Allah SWT dengan menyandarkan langsung kepada diri-Nya, seperti dalam ayat: Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang (‘ibaad al-Rahman) itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. (QS Al-Furqan/25:63). Dan apabila hamba-hamba-Ku (‘ibaadii) bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS Al-Baqarah/2:186).

Baca Juga :  Pelantikan Pengurus PDK Kosgoro 1957 di Kepri 'Tetap Bersatu dan Maju'

Tantangan kita ialah bagaimana meninggalkan dunia kafir, beranjak menjadi ‘aabid, kemudian dari ‘aabid menjadi ‘abiid, lalu dari ‘abiid menjadi ‘ibaad. Mudah-mudahan Allah SWT menjemput kita dalam keadaan kita sudah menjadi ‘ibaad. Allahu a’lam.