PBNU – Muhammadiyah Berduka, Tito Berterima Kasih Pernah Dikritik Gus Solah

Jakarta – Salahuddin Wahid atau yang akrab disapa Gus Solah meninggal dunia, Minggu (2/2) malam setelah sempat kritis dan menjalani perawatan di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta.

Putra Gus Solah, Ipang Wahid, lewat akun Twitter-nya mengabarkan adik kandung Presiden keempat RI mendiang Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu wafat sekitar pukul 20.55 WIB.

Kepergian untuk selamanya pria yang lahir pada 11 September 1942 di Jombang, Jawa Timur itu pun menimbulkan duka cita di kalangan rakyat Indonesia, bukan hanya Nahdliyin.

Gus Solah memang dikenal sebagai tokoh besar Nahdlatul Ulama. Pengasuh Ponpes Tebuireng itu merupakan putra dari KH Wahid Hasyim, juga cucu dari pendiri NU, Hasyim Asyari.

“Kita kehilangan tokoh panutan. Tokoh yang gigih memperjuangkan martabat kemanusiaan dan hak asasi manusia. Tokoh yang mempimpikan umat agar bersatu. Semoga kita dapat meneruskan perjuangan beliau,” ujar Ketua Tanfidziyah PBNU Robikin Emhas dalam pesan singkatnya kepada CNNIndonesia.com.

Menko Polhukam Mahfud MD pun menyampaikan doanya untuk mendiang Gus Solah. Itu disampaikan pria yang pernah menjadi Menteri Pertahanan pada era Kepresidenan Gus Dur tersebut lewat akun twitter-nya.

Bukan hanya dari kalangan nahdliyin, ucapan bela sungkawa pun datang dari PP Muhammadiyah. Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir menyampaikannya lewat akun twitter miliknya.

“Innalillahi Wa Innailaihi Roji’un turut berduka cita dan bela sungkawa atas wafatnya Tokoh Bangsa, Ulama Kharismatik kita Kiai Haji Salahudin Wahid (Gus Solah) semoga Alm Husnul Khotimah Aamiin,” tulis Haedar.

Sejak 2018, kesehatan Gus Solah kerap memburuk. Dia dirawat di RSUD Jombang, Jawa Timur karena sakit di bagian lambung. Dia lalu dirujuk ke RSCM Kencana, Jakarta. Kemudian pada Januari 2020, dia dirujuk ke Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta.

Sakit Gus Solah semakin parah. Dokter lalu menerapkan tindakan ablasi. Namun, pada awal Februari, Gus Solah justru dikabarkan kritis. Hal itu disampaikan putranya, yakni Irfan Hasyim alias Ipang Wahid. Dan, akhirnya Gus Solah pun kembali ke pangkuan Allah SWT, menyusul kakaknya, Gus Dur, yang telah wafat satu dasawarsa lalu.

Baca Juga :  Pemko Batam Siap Laksanakan PPDB Daring

Ulama Rasional

Budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) mengenang KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah. Cak Nun mengatakan Gus Sholah adalah sosok ulama besar yang berbeda dari yang lain.

“Gus Sholah kan insinyur, Doktor, sehingga beliau belajarnya modern sehingga pikiran beliau modern. Sehingga Gus Sholah berusaha merasionalkan semua proses yang beliau terlibat. Saya kira Gus Sholah menyikapi setiap Pilpres agak berbeda dari ulama yang lain,” ujar Cak Nun usai tausiah di rumah duka Gus Sholah, Jalan Bangka Raya Nomor 2, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Senin (3/2/2020).

Cak Nun mengatakan Gus Sholah adalah sosok ulama yang rasional. Menurutnya Gus Sholah memiliki pandangan yang berbeda dalam menyikapi Pilpres, gelaran politik yang selalu menyedot emosi banyak orang.

“Beliau lebih rasional dan lebih punya pilihan yang jernih dan beliau tidak bisa diseret, tidak bisa dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya non-nilai. Artinya oleh uang, jabatan, dan apapun. Beliau insyaallah orang yang konsisten terhadap itu,” jelas dia.

Cak Nun kemudian menceritakan keinginan Gus Sholah sebelum tutup usia. Cak Nun mengatakan Gus Sholah menginginkan Mukatamar Nahdlatul Ulama (NU) terhindar dari politik uang.

“Gus Sholah itu cita-cita terakhir sebelum wafat ingin mengawal muktamar NU berikutnya diusahakan supaya bebas dari money politics. Jadi muktamar NU yang berlangsung bersih sebagaimana khitahnya dulu,” tutur Cak Nun.

Cak Nun kemudian bercerita sosok Gus Sholah dan Gus Dur. Cak Nun mengatakan kedua tokoh itu adalah kakak-adik yang unik dan berbeda.

“Gus Sholah itu setiap orang itu sebagaimana kalau padi, kalau padi tidak bisa diagantiin jagung, tapi jagung juga nggak bisa digantiin padi. Jadi Gus Dur orang besar, Gus Sholah juga orang besar. Cuman Gus Sholah bukan Gus Dur, Gus Dur bukan Gus Sholah, jadi fungsinya berbeda,” katanya.

Selain Cak Nun, tampak pula datang melayat Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa juga tampak mendatangi rumah duka.

Baca Juga :  Misteri Angkernya Perumahan DPRD Natuna

Tito Berterima Kasih Pernah Dikritik

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian melayat ke rumah duka KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Tito kemudian mengenang sosok Gus Solah yang sederhana.

Tito keluar dari rumah duka, Jalan Bangka Raya Nomor 2 C, Mampang, Jakarta Selatan, Senin (3/2/2020) sekitar pukul 00.10 WIB. Tidak diketahui kapan Tito tiba di rumah duka.

Tito tampak mengenakan baju bewarna abu-abu serta mengenakan peci. Tito mengaku tidak sempat ke RS Jantung Harapan Kita, Jakarta Barat sehingga beliau langsung menuju rumah duka.

“Saya juga mendapat informasi beliau kembali ke RS beberapa hari yang lalu. Saya belum sempat datang dan saya diberitahu adik saya perkembangan dan langkah yang dilakukan untuk pengobatan beliau. Dan kemudian saya diberitahu tadi beliau wafat,” ujar Tito di rumah duka.

Tito menyebut Gus Sholah adalah pribadi yang sederhana. Tito mengaku juga sering dikritik oleh Gus Sholah.

“Saya melihat beliau adalah pribadi adalah pribadi yang sederhana. Kemudian terus terang sangat baik hati dan juga kritis. Saya juga kadang-kadang dikritik oleh beliau. Saya juga berterimakasih,” katanya.

Tito kemudian mengenang saat dirinya dikritik ketika masih menjabat sebagai Kapolri. Dia merasa punya kesan yang mendalam dengan Gus Sholah.

“Misalnya mengenai Polri beliau minta agar tegas bertindak, kemudian juga harus taat pada hukum, dan lain-lain. Saya banyak juga cerita soal NU, Tebuireng. Saya merasa kesan yang sangat mendalam,” ujar Tito.

Tito juga mengucapkan duka atas wafatnya Gus Sholah. Dia berharap keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.

“Jadi atas nama pribadi, keluarga dan juga menteri dalam negeri turut berduka sedalamnya. Sekaligus juga mendoakan semoga Allah mengampuni semua dosa Almarhum sekaligus Allah melapangkan, meluaskan, memberi alam kubur yang terang yang indah. Dan di hari pembalasan kelak dituntun oleh Allah ke surganya. Dan untuk keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan,” ungkapnya. (Al/cnn indonesia/detik)