News  

Virus corona: Solidaritas bantuan untuk warga ekonomi bawah, ‘lebih baik daripada saling menyalahkan’

Masyarakat kelas ekonomi bawah diprediksi bakal menjadi kelompok yang paling merasakan dampak negatif penyebaran virus corona di Indonesia.

Berbagai upaya solidaritas antarwarga belakangan muncul untuk mengurangi beban ekonomi sebagian warga miskin itu.

Gerakan sipil yang sama kini juga menyasar kelompok profesi di garis terdepan penanggulangan krisis virus corona seperti para pekerja medis.

Salah satu penggerak solidaritas itu adalah Yayasan Graisena yang berbasis di Jakarta dan digawangi sejumlah anak muda.

Target utama mereka adalah keluarga ekonomi bawah yang kehilangan pencari nafkah utama akibat virus corona.

“Banyak yang terjangkit adalah pekerja lepas. Jika diisolasi di rumah sakit karena berstatus pasien dalam pengawasan (PDP), mereka tidak bisa mencari makan untuk keluarga,” kata Brian Fadli, anggota Yayasan Graisena.

Dalam skema Graisena, selama 14 hari bantuan sebesar Rp20 ribu akan mereka berikan kepada setiap anggota keluarga dengan PDP. Artinya, jika keluarga itu berisi empat orang, maka mereka akan mendapat Rp80 dari Graisena.

Kalau secara medis sang pencari nafkah harus melanjutkan karantina di rumah sakit lebih dari dua pekan, mereka akan meneruskan bantuan dana tadi, maksimal hingga hari ke-45.

Brian berkata, mereka tidak akan membatasi calon penerima donasi berdasarkan domisili. Namun ia mengakui, jumlah donasi yang diserahkan Graisena terbatas karena hanya bersumber dari profit bisnis para anggotanya.

“Daripada mengutuk gelapan, lebih baik kami menyalakan lilin harapan baru. Gerakan ini kecil tapi semoga bisa memancing kelompok lain untuk membuat gerakan solidaritas serupa,” kata Brian.

Baca Juga :  Kajari Natuna, Gelar Cofee Morning Bersama Insan Pers

Brian berkata, mereka yang sesuai dengan profil penerima donasi bisa mengontak Graisena melalui media sosial. Syarat yang diminta Graisena adalah surat keterangan dokter dan kartu keluarga.

“Kami yayasan kecil, tapi ingin mendorong orang lain bergerak yang sama agar tidak cemas dan saling menyalahkan dalam menghadapi virus corona. Jika punya kemampuan, buatlah gerakan baru dan saling menguatkan,” ujar Brian.

Solidaritas serupa kini juga terus muncul di berbagai media sosial. Adapun di situs penggalangan dana berbasis publik, Kitabisa.com, hingga pertengahan Maret ini sudah muncul belasan gerakan pengumpulan bantuan bertajuk #BersamaLawanCorona.

Nominal yang terkumpul dalam gerakan di Kitabisa.com itu, per Kamis (19/03) telah mencapai lebih dari Rp2 miliar.

Sumbangan masyarakat itu diklaim, antara lain, untuk membeli alat pelindung diri bagi petugas medis dan peralatan disenfektan. Keluarga para pekerja informal seperti ojek online juga menjadi salah satu sasaran penerima donasi.

Sementara itu di Jakarta, Rumah Solidaritas Kemanusiaan diagendakan akan menyediakan makan siang gratis bagi warga ekonomi bawah, per 23 Maret mendatang.

Penggagas gerakan itu adalah Sandyawan Sumardi yang selama ini dikenal sebagai pendamping dan pemberdaya warga bantaran di Kali Ciliwung.

Melalui forum makan bersama itu, Sandyawan dan para koleganya berniat mensosialisasikan pencegahan virus corona secara swadaya, seperti membuat cairan antiseptik dan masker mandiri.

“Masyarakat miskin tidak punya akses untuk memeriksakan diri ke rumah sakit, hidup higienis bahkan melakukan social distancing,” kata Sandyawan.

“Mereka jauh dari hand sanitizer dan masker. Bahkan banyak dari mereka orang tidak bisa bekerja dari rumah karena jika mereka tidak bekerja keluar sehari saja, mereka tidak bisa makan,” ujarnya.

Baca Juga :  Penegakan Perda AKB Harus Tetap Humanis

Menurut Sandyawan, gerakan solidaritas antarwarga penting untuk mencegah dampak krisis virus corona meluas.

“Masyarakat cenderung jadi pengamat, penonton, bahkan menyalahkan pemerintah. Mereka panik dan takut, padahal kekuatan utama saat menghadapi berbagai macam krisis adalah solidaritas,” tutur Sandyawan.

Bagaimanapun, pemerintah enggan disebut tak memikirkan dampak nyata virus corona terhadap keluarga kelas ekonomi bawah.

Bantuan Pangan Non Tunai berupa sembako dan Program Keluarga Harapan (PKH) dari Kementerian Sosial diklaim pemerintah bakal tetap menjaga daya beli masyarakat selama status darurat penyebaran virus corona.

“PKH adalah program kedua kami setelah bantuan sembako yang angkanya naik dari Rp150 ribu menjadi Rp200 ribu per bulan. Gerakan itu berdampak pada masyarakat,” kata Kabag Humas Kementerian Sosial, Salahuddin Yahya.

Salahuddin berkata, bantuan nontunai berupa sembako telah disalurkan Februari lalu. Kenaikan besarannya akan diberlakukan hingga Agustus mendatang, sebagai instrumen fiskal pemerintah mengatasi krisis virus corona.

Sementara itu, merujuk keputusan Presiden Joko Widodo, Salahuddin berkata PKH akan dicairkan akhir Maret.

Berdasarkan kajian Tim peneliti pada Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) ITB, pandemi virus corona di Indonesia akan berakhir pertengahan April.

Adapun, setelah jumlah kematian akibat virus itu berjumlah 25 orang per 19 Maret petang, pemerintah berwacana melakukan tes massal untuk mendeteksi para penderita covid-19 lainnya di berbagai daerah